AL FA’IL (PELAKU PEKERJAAN) DAN NAIB FA’IL (WA AL-JUMLAH FI’LIYAH)
MAKALAH
Di susun dan Diajukan Tugas Terstruktur
MATA KULIAH : BAHASA ARAB
Pengampu : Isro M.Ag
Oleh :
Khusnul Khotimah
40210064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) ISLAM
BUMIAYU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Kita sebagai umat islam perlu memaklumi bahwa bahasa arab adalah bahasa Al Qur’an, yang harus kita kuasai selaku sebagai seorang muslim atau muslimat. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam perlu sekali mengenai tata bahasa(grammar) Arab, yang diantaranya adalah Al Fail(pelaku pekerjaan) dan Naib Fail wa al- Jumlah Fi’liyah(pengganti Fail dan kalimat Fi’il).
Didalam pembahasan Al-Fail (pelaku pekerjaan) dan Naib Fa’il wa al- Jumlah Fi’liyah). Kita terlebih dahulu mengerti sub-sub yang akan dibahas yaitu antara lain:
1. Pengertian Fa’il
Fail adalah isim marfu yang disebutkan sesudah fi’ilyah (fi’il yang me-rafa’-kanya)
2. Contoh Fa’il
جَاأَ زَيْدٌ Lafadz جَاأَ fi’il madhli dan زَيْدmenjadi fa’ilnya yang dirafa’kan oleh dhammah. Lafadz زَيْدٌ itu dirafa’kan oleh dhammah, sebab isim mufrad.
3. Pembagian Fa’il
Fail terbagi menjadi dua bagian :
- Fa’il isim yang zhahir.
Yaitu lafadz yang menunjukan kepada yang disebutnya tanpa ikatan, seperti lafadz زَيْد (zaid) danرَجُڶٌ (laki-laki), pada kalimat :
ڧَاڶظَؐاھِرُمَادَڶعلىمُسَمّاهُبِڶَاقَيِّدٍكَزَيْدٍوَرَجُڶَ
- Fa’il isim yang mudhmar.
Yaitu lafadz yang menunjukan kepada pembicara (mutakallim) atau yang diajak bicara (mukhathab) atau ghaib.
4. Pengertian Naib fail
Yaitu isim yang dibaca rofa’ yang kedua.
5. Contoh naib fa’il
فُتِحَااڶبَابُ
6. Jumlah Fi’liyah
Yaitu klimat yang didahulukan kata kerja atau fi’il.
BAB II
PEMBAHASAN
A. FAIL
Fail adalah isim marfu’ (yang dibaca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan, kedudukannya terletak setelah fiil atau syibhul fiil1) ,contoh :
طَارَاڶعُصْفُوْرُ Burung pipit terbang
يَجْڶڶِسُ اڶطَّاڶِبُوْنَ Para siswa duduk
فَرِحَتْ ھِنْدٌ Hindun bergenbira
جَرَى الحِصَانَانِ Dua ekor kuda lari
تَذْھَبُ طَبِيْبَةُ Seorang dokter perempuan pergi
صَلَى اَخُوحَمِيْدٍفِى المَسْجِدِ Saudaranya hamid sholat di masjid
Kalimat-kalimat yang bergaris bawah kedudukannya sebagai fail, karena sebagai pelaku pekarjaan
- Fa’il yang di-rafa’kan dengan alif, sebab isim tasniyah.
Contoh : جَاءَالزَّيْدَانِ Dua zaid itu telah datang
- Fa’il yang di-rafa’kan dengan wawu, sebab jamak mudzakkar
Contoh : جَاءَالزَّيْدُوْنَ Zaid-zaid itu telah datang.
- Fa’il yang di-rafa’kan dengan dhammah, sebab jamak taksir
Contoh : جَاءَالزُّيُوْدٌ Zaid-zaid itu telah datang.
- Fa’il yang di-rafa’kan dengan dhammah, sebab jamak muannats
Contoh : جَاءَتِ الھِنْْدَاتُ Hindun-hindun itu telah datang.
Ketentuan dalam fail
Jika failnya muannats2) (perempuan), maka fiilnya juga diberi tanda muannats. Untuk fiil madhi ditambah ta’ ta’nis, contoh قَامَتْ عَاءِشَةُ (Aisyah berdiri), dan untuk fiil modhori menggunakan huruf mudhoro’ah ta’, contoh تَقُوْمُ عَاءِشَةُ (aisyah sedang berdiri)
Fail dibagi mrnjadi dua :
1. Fail isim zhohir
Ialah lafazh yang menunjukan kepada yang disebutnya tanpa ikatan, seperti lafazh زَيْدٌ (zaid) dan رَجُلٍ (laki-laki), pada kalimat:
فَالظَّاھِرُمَادَلَّ عَلٰى مُسَمَّاهُبِ لَاقَيِّدٍوَرَجُلٍ
Atau fail isim zhohir adalah fail yang tidak berupa kata ganti.
Contoh يَبْكِيْ خَالِدٌ (kholid menangis)
1) Syubhul fiil : isim fail, sifat, sighot mubalaghoh dan isim tafdhim dalam ilmu shorof/nahwu lanjutan.
2) Diantara ciri kalimat ynag muanast : berakhiran ta’ marbutoh (ة), menunjukkan perempuan seperti ٲُمّ (ibu), berbentuk jamak taksir yang tidak khusus bagi orang laki-laki, seperti كُتُب
2. Fail isim dhomir/mudhmar
Adalah fail yang berupa kata ganti baik orang pertama, kedua ataupun ketiga.
Contoh : قَرَأْتُ (saya membaca Al-Qur’an).
قَرَأْتَ القُرْءَانَ (kamu membaca Al-Qur-an).
القُرْءَانَ قَرَأْنَ (mereka perempuan membac Al-Qur’an).
Perlu diketahui bahwa, fail isim dhomir terbagi dua :
1. Dhamir baris
Ialah dhomir yang tulisannya tampak dalam lafal, seperti ھَلْ اَگلْتَ؟ (apakah kamu telah makan)
2. Dhamir Mustatir
Ialah dhomir yang tidak tampak dalam lafal (tersimpan), seperti أَكْتُبُ الرَّسَالَةَ (saya menulis surat). Dhomir yang tersimpan dalam lafal أَكْتُبُadalah أَنَا (saya).
Dhomir mustatir ini ada dua :
1. Wajib disimpan, ada dua :
a. Fiil mudhari’ yang failnya berupa orang pertama tunggal maupun jamak.
Contoh أَجْلِسُ عَلَى الكُرْسِيْ (saya duduk diatas kursi)
Dhomir yang tersimpan أَنَا
b. Fiil mudhori’ yang failnya yang berupa orang kedua laki-laki tunggal.
Contoh أَيْنَ تَذْھَبُ (ke mana kamu pergi?)
Dhomir yang terimpan أَنْتَ
c. Fiil amar untuk laki-laki tunggal.
Contoh تَعَلَّمْ (belajarlah!).
Dhomir yang tersimpan adalah أَنْتَ
2. Boleh disimpan
a. Fiil mudhori’ yang failnya orang ketiga laki-laki tunggal.
Contoh مُحَمَّدٌيَقْرَأُالدَّرْسَ (muhammad membaca pelajaran)
Dhomir yang tersimpan ھُوَ
b. Fiil mudhori’ yang failnya orang ketiga perempuan tunggal.
Contoh قَرَأْتَ القُرْءَانَ فَاطِمَةُ (fatimah membaca Al-Qur’an)
Dhomir yang tersimpan ھِيَ
c. Fiil madhi yang failnya orang ketiga laki-laki tunggal
Contoh خَلَق السَّمَواتَ اللّٰہُ (Allah menciptakan langit)
Dhomir yang tersimpanھُوَ
d. Fiil madhi yang failnya orang ketiga perempuan tunggal.
Contohفَاطِمَةنَجَحَتْ (fatimah sukses)
Dhomir yang tersimpan ھِيَ
Contoh (fa’il isim yng mudhmar) adalah seperti perkataan :
ضَرَبْتُ = aku telah memukul
ضَرَبْنَا = kami atau kita telah memukul
ضَرَبْتَ = kamu (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْتِ = kamu (perempuan) telah memukul
ضَرَبْتُمَا = kamu berdua (laki-laki atu perempuan) telah memukul
ضَرَبْتُمْ = kalian (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْتُنّْ = kalian (perempuan) telah memukul
ضَرَب = dia (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَتْ = dia (perempuan) telah memukul
ضَرَباَ = mereka berdua (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَ = mereka berdua (perempuan) telah memukul
ضَرَبُوا = mereka (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْنَ = mereka (perempuan) telah memukul
Adapun meng-i’rab-nya adalah sebagai berikut :
1. ضَرَبْ،ضَرَبْتُ Fi’il madhi, تُdhamir mutakallim wahdah (menjadi fa’ilnya, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah)
2. ضَرَب،ضَرَبْنَ Fi’il madhi, نَا dhamir mutakallim ma’al ghair atau mu’azhim nafsah, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni sukun
3. ضَرَب،ضَرَبْتFi’il madhi, تَ dhamir mukhathab mudzakkar (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni fathah
4. ضَرَب، ضَرَبْتِ Fi’il madhi,تِ dhamir muannats (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni kasrah
5. ضَرَب،ضَرَبْتُمَاFi’il madhi,تُمَا dhamir tatsniyah (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, sedangkan huruf mim-nya adalah huruf ‘imad dan alif-nya alif tatsniyah.
6. ضَرَب،ضَرَبْتُمFi’il madhi,تُمْ dhamir mukhathab jamak mudzakkar (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah sedangkan huruf mim-nya adalah tanda jamak.
7. ضَرَب، ضَرَبْتُنّْ Fi’il madhi,تُنَّ dhamir mukhathab jamak muannats (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, huruf nun-nya adalah tanda jamak muannats.
8. ضَرَب Fi’il madhi sedangkan fa’il-nya adalah dhamir mustatir, dan taqdiryaھُوَ
9. ضَرَبَتْ Fi’il madhi, failnya dhamir mustatir, taqdirnya ھِىَ ditambah ta
10. ضَرَبا Fi’il madhi, failnya alif, dirafakan, tanda rafa’-nya mabni sukun
11. ضَرَبَتا Fi’il madhi yang ber-ta ta-nits, fa’il-nya alif, tanda rafa’-nya mabni sukun
12. ضَرَبُوا Fi’il madhi, fa’il-nya wawu dhamir, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni sukun, sedangkan alif-nya adalah alif mutlak jamak.
13. ضَرَبْن Fi’il madhi, fa’ilnya nun, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni fathah.
B. NAIB FAIL
Isim yang dibaca rofa’ yang kedua adalah naib fail. Naib Fail adalah isim marfu’ yang jatuh setelah fiil mabni majhul. Fiil mabni majhul adalah fiil yang pelakunya tidak ketahui (disebutkan).
Contoh : فُتِحَااڶبَابُ (pintu itu dibuka). Dalam contoh ini orang yang membuka pinti tidak diketahui (disebutkan).
Cara membentuk fiil mabni majhul adalah ;
a. Jika berupa fiil madhi maka didhomahkan semua huruf yang berharokat dan dikasrohkan huruf sebelum akhir. Contoh نَصَرَ : menjadi نُصِرُ , تَعَلَّمَ menjadi تُعُلَّمَ , اِسْتَغْفَرَ menjadi اُسْتُغْفِرَ
b. Jika berupa fiil mudhari maka didhomahkan awalya daan difathahkan sebelum akhir. Contoh : يَتَعَلَّمُ , يُخْرِجُ , يَنْصَرُ menjadi يُتَعَلَّمُ , يُخْرِجُ , يُنْصُر
Perhatikan contoh-contoh berikut!
فُتِحَااڶبَابُ يُفْتَحُاڶبَابُ
المَوْزُ يُوْكَلُ اُكِلَ المَوْزُ
Kalimat-kalimat yang bergaris bawah itu kedudukannya sebagai naib fail, karena jatuh setelah fiil mabni majhul. Ketentuan dalam naib fail sama dengan ketentuan dalam fail. Naib fail ada dua : isim zhohir (seperti contoh-contoh tersebut) dan isim dhomir (sama dalam bab fail). Contoh : اُكْرِمْنَابِالاِسْلَامِ (kami dimuliakan dengan islam).
Naibul fa’il ialah isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Apabila fi’ilnya fi’il madhi, maka dhammmah-kanlah huruf awalnya dan huruf sebelum akhirnya di-kasrah-kan, dan apabila fi’ilnya fiil mudhri maka dhammahkanlah huruf awalnya dan huruf sebelum akhirya di-fathah-kan.
Maksudnya : Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya dinamakan mabni majhul atau naibul fa’il, yaitu isim yang asalnya menjadi maf’ul lalu failnya dibuang dan maf’ul-nya menggantikan kedudukan fa’il, i’rab-nya di rafa’-kan dan diletakkan sesudah fi’il, seperti:
قُرِٲَالقُرْآنُAsalnyaالقُرْآن قَرَٲْتُ. Lafazh تُ dibuang, lalu lafazh القُرْآن menempati tempat fa’il (lafazh تُ ) sebagai pengganti lafazh تُ yang dibuang dan lafazh القُرْآن diubah harakatnya menjadi القُرْآن
Huruf pertama fi’il yang fa’ilnya tidak disebutkan harus di dhammahkan , sedangkan huruf yang sebelum huruf terakhir harus di-kasrahkan.
Pembagian Ma’ful yang failnya tidak disebutkan
Ma’ful yang failnya tidak disebutkan terbagi atas dua bagian, yaitu bagian yang dzahir dan bagian yang mudhmar(dhamir). Bagian yang zhahir itu seperti perkataan:زَيْدٌ ضُرِب (zaid telah dipukul)
Adapun meng-i’rob-nya adalah : ضُرِبَ fi’il madhi mabni lil majhul atau mabni ma’ful, زَيْد naibul fa’il.
يُضْرَبُ Fi’il mudhari’ mabni lil majhul, dan زَيْدnaibul fa’il.
Sedangkan isim mudhmar adalah, seperti perkataan (berikut)
ضَرَبْتُ = aku telah memukul
ضَرَبْنَا = kami atau kita telah memukul
ضَرَبْتَ = kamu (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْتِ = kamu (perempuan) telah memukul
ضَرَبْتُمَا = kamu berdua (laki-laki atu perempuan) telah memukul
ضَرَبْتُمْ = kalian (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْتُنّْ = kalian (perempuan) telah memukul
ضَرَب = dia (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَتْ = dia (perempuan) telah memukul
ضَرَباَ = mereka berdua (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَ = mereka berdua (perempuan) telah memukul
ضَرَبُوا = mereka (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْنَ = mereka (perempuan) telah memukul
Adapun meng-i’robnya adalah : ضَرَبْتُ (aku telah dipukul). Lafazh ضَرِبْ fi’il madhi mabni lil maf’ul, تُ dhamir mutakallim menjadi naibul fa’il yang di-rafa’-kan, tanda rafa’nya dengan mabni dhammah.
Naibul fa’il itu adakalany mudhmar (disembunyikan) dan adakalanya muzh-har (ditampakkan). Yang keduaya (muzh-har) seperti: المُبَشِّرُ يُقْرَمْ (pembawa kabar gembira itu dimuliakan)
Adapun yang dhamir, maka hal itu seperti perkataan: دُعِيْتُ (aku telah dipanggil), دُعِى (dia panggil)
C. JUMLAH FI’LIYAH
Jumlah fi’liyah merupakan kalimat yang didahulukan kata kerja atau fi’il. Dalam hal ini fiil menggunakan fi’il mudhari.
Contoh:
Pergi zaid kerumah يَذْھَبُ زَيْدٌالبَيْتِ
Tetapi seharusnya kalimat tersebut diartikan menjdi zaid pergi kerumah, karena di dalam penulisan jumlah fi’liyah didahului dengan kata krja yaitu dalam kalimt diatas adalah يَذْھَبُ
Menghafal aisyah alqur’an عَاءشَةَالقُرْاؐن يَحْفُظُ
Tetapi seharusnya kalimat tersebut diartikan menjdi aisyah menghafal al qur’an, karena di dalam penulisan jumlah fi’liyah didahului dengan kata krja yaitu dalam kalimt diatas adalah يَحْفُظ
BAB III
PENUTUP
Fail merupakan isim marfu’ (yang dibaca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan, kedudukannya terletak setelah fi’il/syibhul fi’il.
Fail dibagi dua :
1. Fa’il isim zhohir.
2. Fa’il isim dhomir/ mudhmar
Dibagi dua :
a. Dhamir baris
b. Dhamir mustatir
Dhamir ini dibagi dua :
- Wajib disimpan
- Boleh disimpan
Naib Fail merupakan isim yang dibaca rofa’ yang kedua.
Jumlah Fi’ilyah merupakan klimat yang didahulukan kata kerja atau fi’il.
REFERENSI
Anwar, Moch. 2009. ILMU NAHWU.Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Ma’arif, Syamsul. 2008. NAHWU KILAT, Perpaduan Antara Teori dan Praktek Ringkas dan jelas.Bandung:Nuansa Aulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar