Rabu, 11 Januari 2012

http://www.ziddu.com/download/18192878/RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN.doc.html> download Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Jalani hidup

Hidup yang baik itu..
ketika kita bisa Mensyukuri apa yang kota peroleh....
ketika kita bisa berbagi dikala sempit.....
ketika kita bisa tersenyum disaat cobaan datang....
ketika kita memaafkan walau sangat menyakitkan....
ketika kita tetap peduli sedangkan yang lain lengah
download strategi Pembelajaran
http://www.ziddu.com/download/18192700/STRATEGIPEMBELAJARANCARDSORT.doc.html"> Download Strategi Pembelajaran SD

Makalah Bilingualisme

BILINGUALISME



MAKALAH
           Disusun dan diajukan Tugas Terstruktur
Mata kuliah : Konsep Dasar Bahasa & Sastra Indonesia I
Pengampu : Suwarjono S.Pd, M.Si

Disusun Oleh :


Khusnul Khotimah    (40210064)


PROGRAM STUDI PGSD 2
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa melayu Riau yang mengalami perubahan dan perkembangan setiap sesuai dengan perkembangan zaman.Bahasa Melayu Riau menjadi bahasa nasional dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Hari Sumpah Pemuda. Diangkat menjadi bahasa negara seperti tercantum dalam UUD 1945 dan sebagai pengukuhannya adalah pasal 36.
Bahasa Indonesia yang bersifat Dinamis, dipakai oleh rakyat yang tersiri berbagai suku yang masing-masing mempunyai bahasa daerah. Bahasa Indonesia tersebut mengalami pengaruh dari bahasa daerah itu, misalnya bahasa Jawa, Bahasa sunda, bahasa Batak, dan bahsa daerah lainnya. Disamping itu bahasa indonesia mendapat pengaruh dari bahasa asing, misalnya bahasa inggris bahasa belanda, bahasa jepang, bahasa perancis, dan bahasa asing lainnya.
Masuknya pengaruh bahasa daerah ke dalam bahasa indonesia yang menyebabkan perkembangan bahasa indonesia tidak berarti tidak mengalami hambatan. Perkembangan bahasa indonesia dengan berbagai hambatan akan menyebabkan bahasa indonesia lebih cepat dewasa. Kita tahu bahwa untuk mendewasakan bahasa itu tidak mudah. Dalam proses pendewasan bahasa indonesia, disisi lain bangsa indonesia harus menghadapi bahasa asing yang sangat maju, di pihak lain ia harus menghapapi bahasa daerah yang nampaknya sudah berakar pada masyarakat setempat. Persaingan antara bahsa daerah dan bahasa indonesia ini menjadi hambatan bagi bangsa indoesia itu sendiri.
B.     Permasalahan
Dari latar belakang yang telah disampaikan, dapat memunculkan berbagai macam pertanyaan yang menjadi permasalahan, seperti :
1.      Apa yang dimaksud dengan bilingualiseme?
2.      Sebutkan  dan jelaskan pembagian bilingualisme?
3.      Apa yang dimaksud dengan diglosia?
4.      Apa keterkaitan antara bilingualisme dan diglosia?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bilingualisme.
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73).
Dibawah ini adalah pendapat-pendapat atau definisi tantang kedwibahasaan atau bilingualisme oleh para pakar ahlinya. Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut:
1.      Robert Lado (1964-214)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.
2.      MacKey (1956:155)
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
3.      Hartman dan Stork (1972:27)
Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
4.      Bloomfield (1958:56)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
5.      Haugen (1968:10)
Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara lebih umum maka pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan dengan tahu dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau understanding without speaking.
6.      Oksaar
Berpendapat bahwa kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada, bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya, sehingga warga montreal dianggap sebagai masyarakat dwibahasawan murni.
   Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
 Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseoran harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B 1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B 2).
Setiap bahasa di dalam masyarakat bilingual itu tidak dapat secara bebas digunakan, melainkan harus diperhatikan fungsinya masing-masing. Umpamanya, di Indonesia penutur bilingual bahasa sunda (B1) – bahasa Indonesia (B2), hanya bisa menggunakan bahasa sundanya untuk percakapan yang bersifat kekeluargaan, dan tidak dapat menggunakannya untuk berbicara dalam siding DPR. Keadaan di dalam masyarakat di mana adanya pembeda penggunaan bahasa berdasarkan fungsinya atau peranannya masing-masing menurut konteks sosialnya, didalam sosiolinguistik dikenal dengan sebutan diglosia.

B.     Pembagian bilingualisme
Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu :
1. Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-dendiri.
2. Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
3. Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.

Ada beberapa pendapat lain oleh pakar kedwibahasaan dalam tipologi kdwibahasaan diantaranya adalah:
1. Baeten Beardsmore (1985:22)
Menambahkankan satu derajat lagi yaitu kedwibahasaan awal (inception bilingualism) yaitu kedwibahasan yang dimemiliki oleh seorang individu yang sedang dalam proses menguasai B2.
2. Menurut Pohl (dalam Baetens Beardmore, 1985;5)
Tipologi bahasa lebih didasarkan pada status bahasa yang ada didalam masyarakat, maka Pohl membagi kedwibahasaan menjadi tiga tipe yaitu:
a. Kedwibahasaan Horisontal (horizontal bilingualism)
Merupakan situasi pemakaian dua bahasa yang berbeda tetapi masing-masing bahasa memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi, kebudayaan maupun dalam kehidupan keluarga dari kelompok pemakainya.
b. Kedwibahasaan Vertikal (vertical bilinguism)
Merupakan pemakaian dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek, baik yang berhubungan ataupun terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.
c. Kedwibahasaan Diagonal (diagonal bilingualism)
Merupakan pemakaian dua bahasa dialek atau tidak baku secara bersama-sama tetapi keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik dengan bahasa baku yang dipakai oleh masyarakat itu.
3. Menurut Arsenan (dalam Baerdsmore, 1985)
Tipe kedwibahasaan pada kemampuan berbahasa, maka ia mengklasifikasikan kedwibahasaan menjadi dua yaitu:
a. Kedwibahasaan produktif (productive bilingualism) atau kedwibahasaan aktif atau kedwibahasaan simetrik (symmetrical bilingualism) yaitu pemakaian dua bahasa oleh seorang individu terhadap seluruh aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
b. Kedwibahasaan reseptif (reseptive bilingualism) atau kedwibahasaan pasif atau kedwibahasaan asimetrik (asymetrical bilingualism)

C.     Diglosia
Kata diglosia berasal dari bahasa prancis diglossie, yang pernah digunakan oleh Marcais, seorang lingu Prancis: tetapi istilah itu menjadi terkenal dalam studi sosiolingustik setelah digunakan oleh seorang swarjana dari Stanford University, yaitu C.A. Ferguson tahun 1958 dalam suatu symposium tentang “Urbanisasi dan bahasa-bahasa standar” yang diselenggarakan oleh American Anthropological Association di Washinton DC. Kemudian Ferguson menjadikan lebih terkenal lagi istilah tersebut dengan sebuah artikelnya yang berjudul “diglosia”.
Ferguson menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat di mana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Diglosia ini dijelaskan oleh Ferguson dengan mengetangahkan sembilan topik:
1)      Fungsi
Merupakan kriteria diglosia yang sangat pentin. Menurut ferguson dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa. Variasi pertama disebut dialek tinggi (disingkat dialek T atau ragam T), dan yang kedua disebut dialek rendah (disingkat dialek R atau ragam R).
            2)      Prestise
Dalam masyarakat diglosis para penutur biasanya menggunakan dialek T lebih bergengsi, lebih superior, lebih terpandang, dan merupakan bahasa yang logis. Sedangkan dialek R dianggap inferior, malahan ada yang menolak keberadaannya.
            3)      Warisan Kesusastraan
Pada tiga dari empat bahasa yang digunakan Ferguson sebagai contoh terdapat kesusastraan di mana ragam T yang digunakan dan dihormati oleh masyarakat bahasa tersebut. Kalau ada juga karya sastra kontemporer dengan menggunakan ragam T, maka dirasakan sebagai kelanjutan dari tradisi itu, yakni bahwa karya sastra harus dalam ragam T. tradisi kesusastraan yang selalu dalam ragam T ini (setidaknya dalam empat contoh di atas) menyebabkan kesusastraan itu tetap berakar, baik di Negara-negara berbahasa arab, bahasa yunani, bahasa prancis, dan bahasa jerman.
            4)      Pemerolehan
Ragam T diperoleh dengan mempelajarinya dalam pendidikan formal, sedangkan ragam R diperoleh dari pergaulan dengan keluarga dan teman-teman sepergaulan.
5)      Standardisasi
            Ragam T dipandang sebagai ragam yang bergengsi, maka tidak mengherankan kalau standarisasi dilakukan terhadap ragam T tersebut melalui kodifikasi formal.
            6)      Stabilitas
Kesetabilan dalam masyarakat diglosia biasanya telah berlangsung lama, dimana ada sebuah variasi bahasa yang dipertahankan eksistensinya dalam masyarakat itu.
7)      Gramatika
Dalam ragam T adanya kalimat-kalimat kompleks dengan sejumlah konstruksi subordinasi adalah hal yang biasa, tetapi dalam ragam R diangap artificial.
            8)      Leksikon
Sebagian besar kosakata pada ragam T dan ragam R adalah sama. Namun, ada kosakata pada ragam T yang tidak ada pasangannya pada ragam R, atau sebaliknya.
            9)      Fonologi
Dalam bidang fonologi ada perbedaan structural antara ragam T dan ragam R. Perbedaan tersebut bisa dekat bisa juga jauh.
 Pakar sosiologi yang lain, yakni Fasold (1984) mengembangkan konsep diglosia ini menjadi apa yang disebutkan broad diglosia (diglosia luas). Di dalam konsep  broad diglosia perbedaan itu tidak hanya antara du bahasa atau dua ragam atau dua dialek secara binern melainkan bisa lebih dari dua bahasa atau dua dialek itu. Dengan demikian termasuk juga keadaan masyarakat yang di dalamnya ada diperbedakan tingkatan fingsi kebahasaan, sehingga muncullah apa yang disebut Fasold diglosia ganda dalam bentuk yang disebut double overlapping diglosia, double-nested diglosia, dan linear polyglosia.

D.    Kaitan Bilingualisme dan Diglosia
 Kalau diglosia diartikan sebagai adanya perbedaan fungsi atas penggunaan bahasa (terutama fungsi T dan R) dan bilingualisme adalah keadaan penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam masyarakat. Adanya empat jenis hubungan antara bilingualisme dan diglosia, yaitu :
                  1)      Bilingualisme dan diglosia
                  2)      Bilingualisme tanpa diglosia
                  3)      Diglosia tanpa bilingualisme
                  4)      Tidak bilingualisme dan tidak diglosia

BAB III
PENUTUP
Dari permasalahan yang sudah disinggung sebelumnya, maka dapat disimpulkan mennjadi beberapa kesimpulan, yang diantaranya :
 Dari definisi-definisi para ahli atau pendapat bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.
Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu :
1.      Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)
2.      Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.
3.      Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
Selain pembagian diatas juga ada pembagian menurut para ahli atau pendapat, seperti Baeten Beardsmore, Menurut Pohl, menurut Arsenan.
Diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat di mana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu.
Definisi dari ferguson juga mengungkapkan diglosia menjadi sembilan pokok, yaitu Fungsi, Prestise,Warisan Kesusastraan,Pemerolehan, Standardisasi,Stabilitas, Gramatika,Leksikon,Fonologi.

DAFTAR PUSTAKA
Suwarjono. 2011. Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia 1 untuk Mahasiswa S1 PGSD semester  3 (tiga). Bumiayu

Tugas Guru

Pendidikan di indonesia itu mencakup berbagai komponen, salah satunya adalah Guru. Guru  dalam hal ini bukan hanya bertugas sebagai pemberi materi kepada siswa, tetapi lebih mengarahkan kepadsa siswa agar siswalebih aktif, dengan metode-metode yang digunakan oleh guru.
guru menjadi motivator, fasilitator, dan pemberi materi dan pembimbing bagi siswa.

Strategi Pembelajaran SD

STRATEGI PEMBELAJARAN CARD SORT
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER 1

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS
MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

DISUSUN OLEH
KHUSNUL KHOTIMAH
NIM 40210064




PROGRAM STUDI PGSD 2
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
                        Dalam melakukan pembelajaran, para pendidik baik itu Guru/Dosen memerlukan strategi-strategi yang harus dilakukan oleh para guru/dosen tersebut.
                        Strategi adalah suatu bentuk cara khusus yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Strategi dalam hal ini bermaksud suatu bentuk cara khusus yang dilakukan untuk mencapai suatu pembelajaran yang dilakukan sesuai  dengan keinginan peserta didik, supaya peserta didik lebih mudah dan paham dalam menerima pembelajaran.
                        Para peserta didik biasanya dalam menerima suatu proses pembelajaran cenderung lebih bosan dan jenuh apabila para guru/dosen  menggunaka strategi-strategi yang sudah biasa dilakukan pada umumnya, dengan demikian untuk mengantisipasi kebosanan dan kejenuhan peserta didik, guru/dosen  mengganti strategi-strategi pembelajran, seperti strategi card sort.


BAB II
PEMBAHASAN
DESKRIPSI
                        Strategi Pembelajaran Card Sort (Sortir Kartu)  merupakan suatu  kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang obyek atau mereview informasi.
                        Kegiatan kolaboratif ini digunakan untuk mengajarkan karakteristik pada mata pelajaran IPA kelas V semester 1, pada Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan yang tercantum dalam  Kompetensi Dasar 1.4 dan Kompetensi Dasar 1.5 yaitu Mengidentifikasi organ peredaran manusia dan Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia.
                        Sebelum mengajarkan Karakteristik gangguan pada organ peredaran darah, lebih dulu mengajarkan konsep tentang Organ Peredaran Darah pada manusia.
Organ peredaran darah pada manusia
1.                        Jantung
Organ tubuh yang brfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Jantung manusia terletak di dalam rongga dada agak sebelah kiri. Ukuran jantung orang dewasa lebih kurang sekepalan tangan. Berat jantung orang dewasa lebih kurang 300 gram.
Kerja jantung dapat kita rasakan melalui denyutan jantung. Kamu dapat merasakan denyutan jantung dengan cara meletakan tanganmu kedada  kirimu.
Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, dan bilik kiri. Sebagai alat pemompa darah, jantung mempunyai otot-otot yang kuat. Dinding jantung bagian bilik mempunyai otot yang lebih tebal dari pada dinding jantung bagian serambi. Otot dinding jntung bagian bilik lebih tebal karena kerja bilik lebih berat, yaitu memompa darah keseluruh tubuh.
Diantara serambi dan bilik terdapat semacam pintu turun yang disebut katup jantung. Katup jantung yang sehat dapat menutup rapat sekali sehingga darah dari bilik tidak bercampur dengan darah dari serambi. Katup-katup itu membuka dan menutup seirama dengan denyutan jantung.
Darah dapat beredar melalui sistem peredaran darah. Darah beredar di dalam tubuh melalui dua sistem peredaran darah :
a.       Peredaran darah kecil, yaitu peredaran darah dari jantung menuju paru-paru, kemudian lagi ke jantung. Darah yang menuju paru-paru mengandung karbondioksida, sedangkan darah yang kembali ke jantung mengandung banyak oksigen.
b.      Peredaran darah besar, yaitu peredaran darah dari jantung menuju keseluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung.

2.             Pembuluh Darah
Pembuluh darah  adalah saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung atau sebaliknya.
Berdasarkan arah aliran darah, pembuluh darah dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.       Pembuluh nadi (arteri)
Pembuluh nadi adalah pembuluh yang mengalirkan darah yang keluar dari jantung. Darah yang keluar dari jantung tersebut banyak mengandung oksigen.
b.      Pembuluh balik (vena)
Pembuluh balik adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah masuk ke dalam jantung.
Pembuluh nadi dan pembuluh balik bercabang-cabang. Ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung semaki kecil. Cabang pembuluh nadi dan cabang pembuluh balik yang terkecil dihubungkan oleh pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler ini sangat halus dan berdinding tipis. Pembuluh kapiler inilah yang berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh. Pembuluh halus berfungsi sebagai tempat pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida.

Gangguan pada organ peredaran darah manusia
1.              Anemia (kekurangan darah)
Penyebab gangguan ini antara lain:
a.       Pendarahan akibat kecelakaan atau luka di bagian dalam atau luar tubuh.
b.      Kekurangan produksi sel darah merah akibat tubuh kekurangna zat besi
c.       Berbagai akibat penykit lain, seperti kanker tulang dan berbagai infeksi.
Gejala yang mudah dikenali adalah tubuh merasa lemah dann cepat lelah. Kadang anggota tubuh mengalami kesemutan dan jantung berdebar-debar.
2.              Leukimia (kanker darah)
Penyakit ini terjadi karena poduksi sel darah putih yang telralu banyak. Akibatnya, keseimbangan kompoisi darah terganggu.
Gejala-gejala yang sering adalah rasa lelah,lemah, dan kurang nafsu makan. Lama-kelamaan timbul nyeri di tulang dan terjadi pendarahan di kulit dan di bagian tubuh lain.
3.                  Hipertensi (tekanan drah tinggi)
Penyakit ini ditunjukaan dengan tingginya tekanan darah bila diukur dengan alat ukur tekanan darah (tensimeter). Penyakit ini dapat mengakibatkan timbulnya penyakit lain, seperti jantung, pembuluh darah otak, dan ginjal.
Gejala yang timbul :
a.       Terasa nyeri di kepala
b.      Jantung berdebar-debar
c.       Sesak napas saat melakukan pekerjaan berat
d.      Badan lemah dan kepala pusing.
4.                  Hipotonis (tekanan darah rendah)
Gangguan ini disebabkan penuruunan tekanan darah
5.                  Hemofilia
Gangguan ini disebabkan adanya kelainan yang menyebabkan darah sulit membeku jika terjadi luka. Penyakit ni merupakan penyakit keturunan.
Usaha-usaha pencegahan terhadap gangguan organ peredaran darah ialah dengan melakukan hidup sehat. Pola sehat itu diantaranya :
1.      Makan makanan yang bergizi
2.      Olahraga yang teratur
3.      Tidur dan istirahat yang cukup.

TUJUAN
                        Strategi ini dapat membantu peserta didik mendinamiskan kelas yang jenuh dan bosan dengan gerakan fisik yang lebih dominan. Apbila dari deskripsi di atas guru/dosen menggunakan strategi ceramah bisa membuat peserta didik menjadi jenuh dan bosan.
                        Strategi ini digunakan untuk mengajarkan karakteristik gangguan pada organ peredaran darah.serta mengajarkn konsep atau fakta tentang organ peredaran darah dan usaha-usaha untuk memelihra kesehatan diri terhadap gangguan-gangguan yang terjadi akibt organ predran darah.

LANGKAH-LANGKAH
1.      Setiap peserta didik diberi potongan kertas yag berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.
Misal :
Ø  Karakteristik organ peredaran darah manusia
Ø  Karakteristik gangguan organ peredaran darah
Ø  Fakta tentang pencegahan terhadap gngguan peredaran darah.
2.      Mintalah peserta didik untuk bergerak berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama
3.      Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.
4.      Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
Catatan yang harus diperhatikan adalah :
1.       Minta setiap kelompok untuk melakukan menjelaskan tentang katgori yang mereka selesaikan.
2.      Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu yang sudah diacak sehingga kategori yang mereka sortiir tidak tampak. Mintalah setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut kedalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.



BAB III
PENUTUP
I.                   KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah strategi pembelajaran sort card merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru/dosen untuk memberikan proses pembelajaran pad peserta didik supaya tidak bosan dan jenuh.
Strategi pembelajaran card sort cocok digunakan pada mata pelajaran IPA kelas V semester 1 tentang organ-organ peredaran darah yang apabila disampaikan dengan metode ceramah cenderung membosankan.
Strategi pembelajaran card sort ini merupakan strategi pembelajaran aktif, karena menekankan pada peserta didik.

II.                SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan sebagai siswa/mahasiswa :
1.      Pengajar atau guru atau dosen jangan menggunakan strategi yang sudah terbiasa dilakukan, karena membuat peserta didik menjadi tidak tertantang
2.      Pengajar atau guru tau dosen sesekali menggunkan strategi yang berbeda dari pada strategi yang biasanya.
3.      Pengajar atau guru atau dosen menekankan agar peserta didik lebih aktif supaya peserta diik bisa lebih memahami dari pelajaran yang disampaikan oleh guru atau pegajar atau dosen.


DAFTAR PUSTAKA

Haryanto.2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V .Jakarta : Erlangga.
Rositawaty,S , Aris muharam. 2008.  Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V Sekolah Dasar/Marasah Ibtidiyah . Jakarta : Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional.
Zaini, hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta : Insan Madani.

Makalah Bahasa Arab

AL FA’IL (PELAKU PEKERJAAN) DAN NAIB FA’IL (WA AL-JUMLAH FI’LIYAH)
MAKALAH
Di susun dan Diajukan Tugas Terstruktur
MATA KULIAH : BAHASA ARAB
Pengampu : Isro M.Ag
Oleh :
Khusnul Khotimah
40210064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) ISLAM
BUMIAYU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Kita sebagai umat islam perlu memaklumi bahwa bahasa arab adalah bahasa Al Qur’an, yang harus kita kuasai selaku sebagai seorang muslim atau muslimat. Maka dari itu, kita sebagai  umat Islam perlu sekali mengenai tata bahasa(grammar) Arab, yang diantaranya adalah Al Fail(pelaku pekerjaan) dan Naib Fail wa al- Jumlah Fi’liyah(pengganti Fail dan kalimat Fi’il).
Didalam pembahasan Al-Fail (pelaku pekerjaan) dan Naib Fa’il wa al- Jumlah Fi’liyah). Kita terlebih dahulu mengerti sub-sub yang akan dibahas yaitu antara lain:
1.      Pengertian Fa’il
Fail adalah isim marfu yang disebutkan sesudah fi’ilyah (fi’il yang me-rafa’-kanya)
2.      Contoh Fa’il
جَاأَ زَيْدٌ   Lafadz جَاأَ fi’il  madhli dan زَيْدmenjadi fa’ilnya yang dirafa’kan oleh dhammah. Lafadz زَيْدٌ  itu dirafa’kan oleh dhammah, sebab isim mufrad.
3.      Pembagian Fa’il
Fail terbagi menjadi dua bagian :
-          Fa’il isim yang zhahir.
Yaitu lafadz yang menunjukan kepada yang disebutnya tanpa ikatan, seperti lafadz زَيْد  (zaid) danرَجُڶٌ  (laki-laki), pada kalimat :
ڧَاڶظَؐاھِرُمَادَڶعلىمُسَمّاهُبِڶَاقَيِّدٍكَزَيْدٍوَرَجُڶَ                                       
-          Fa’il isim yang mudhmar.
Yaitu lafadz yang menunjukan kepada pembicara (mutakallim) atau yang diajak bicara (mukhathab) atau ghaib.
4.      Pengertian Naib fail
Yaitu isim yang dibaca rofa’ yang kedua.
5.      Contoh naib fa’il
فُتِحَااڶبَابُ
6.      Jumlah Fi’liyah
Yaitu klimat yang didahulukan kata kerja atau fi’il.
BAB II
PEMBAHASAN
A.                FAIL
Fail adalah isim marfu’ (yang dibaca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan, kedudukannya terletak setelah fiil atau syibhul fiil1) ,contoh :
طَارَاڶعُصْفُوْرُ                    Burung pipit terbang
يَجْڶڶِسُ اڶطَّاڶِبُوْنَ                 Para siswa duduk
فَرِحَتْ ھِنْدٌ                       Hindun bergenbira
جَرَى الحِصَانَانِ                Dua ekor kuda lari
تَذْھَبُ طَبِيْبَةُ                      Seorang dokter perempuan pergi
صَلَى اَخُوحَمِيْدٍفِى المَسْجِدِ     Saudaranya hamid sholat di masjid
Kalimat-kalimat yang bergaris bawah kedudukannya sebagai fail, karena sebagai pelaku pekarjaan
-          Fa’il yang di-rafa’kan dengan alif, sebab isim tasniyah.
Contoh : جَاءَالزَّيْدَانِ              Dua zaid itu telah datang
-          Fa’il yang di-rafa’kan dengan wawu, sebab jamak mudzakkar
Contoh :  جَاءَالزَّيْدُوْنَ            Zaid-zaid itu telah datang.
-          Fa’il yang di-rafa’kan dengan dhammah, sebab jamak taksir
Contoh :    جَاءَالزُّيُوْدٌ            Zaid-zaid itu telah datang.
-          Fa’il yang di-rafa’kan dengan dhammah, sebab jamak muannats
Contoh : جَاءَتِ الھِنْْدَاتُ          Hindun-hindun itu telah datang.
Ketentuan dalam fail
Jika failnya muannats2) (perempuan), maka fiilnya juga diberi tanda muannats. Untuk fiil madhi ditambah ta’ ta’nis, contoh  قَامَتْ عَاءِشَةُ (Aisyah berdiri), dan untuk fiil modhori  menggunakan  huruf mudhoro’ah ta’, contoh تَقُوْمُ عَاءِشَةُ  (aisyah sedang berdiri)
Fail dibagi mrnjadi dua :
1.      Fail isim zhohir
Ialah lafazh yang menunjukan kepada yang disebutnya tanpa ikatan, seperti lafazh زَيْدٌ  (zaid) dan رَجُلٍ (laki-laki), pada kalimat:
فَالظَّاھِرُمَادَلَّ عَلٰى مُسَمَّاهُبِ لَاقَيِّدٍوَرَجُلٍ
Atau fail isim zhohir adalah fail yang  tidak berupa kata ganti.
Contoh يَبْكِيْ خَالِدٌ (kholid  menangis)
1)         Syubhul fiil : isim fail, sifat, sighot mubalaghoh dan isim tafdhim dalam ilmu shorof/nahwu lanjutan.
2)         Diantara ciri kalimat ynag muanast : berakhiran ta’ marbutoh (ة), menunjukkan perempuan seperti ٲُمّ (ibu), berbentuk jamak taksir yang tidak khusus bagi orang laki-laki, seperti كُتُب
2.      Fail isim dhomir/mudhmar
Adalah fail yang berupa kata ganti baik orang pertama, kedua ataupun ketiga.
Contoh : قَرَأْتُ               (saya membaca Al-Qur’an).
               قَرَأْتَ القُرْءَانَ     (kamu membaca Al-Qur-an).
              القُرْءَانَ قَرَأْنَ      (mereka perempuan membac Al-Qur’an).
Perlu diketahui bahwa, fail isim dhomir terbagi dua :
1.      Dhamir baris
Ialah dhomir yang tulisannya tampak dalam  lafal, seperti ھَلْ اَگلْتَ؟  (apakah kamu telah makan)
2.      Dhamir  Mustatir
Ialah dhomir  yang tidak tampak dalam lafal (tersimpan), seperti أَكْتُبُ الرَّسَالَةَ (saya menulis surat). Dhomir  yang  tersimpan dalam lafal أَكْتُبُadalah أَنَا (saya).
Dhomir mustatir ini ada dua :
1.      Wajib disimpan, ada dua :
a.       Fiil mudhari’ yang failnya berupa orang pertama tunggal maupun jamak.
Contoh أَجْلِسُ عَلَى الكُرْسِيْ      (saya duduk diatas kursi)
Dhomir yang tersimpan أَنَا
b.      Fiil mudhori’ yang failnya yang berupa orang kedua laki-laki tunggal. 
Contoh أَيْنَ تَذْھَبُ                  (ke mana kamu pergi?)
Dhomir yang terimpan أَنْتَ
c.       Fiil amar untuk laki-laki tunggal.
Contoh تَعَلَّمْ                         (belajarlah!).
Dhomir yang tersimpan adalah أَنْتَ 
2.      Boleh disimpan
a.       Fiil mudhori’ yang failnya orang ketiga laki-laki tunggal.
Contoh  مُحَمَّدٌيَقْرَأُالدَّرْسَ         (muhammad membaca pelajaran)
Dhomir yang tersimpan ھُوَ
b.       Fiil mudhori’ yang failnya orang ketiga perempuan tunggal.
Contoh قَرَأْتَ القُرْءَانَ فَاطِمَةُ    (fatimah membaca Al-Qur’an)
Dhomir yang tersimpan ھِيَ
c.       Fiil madhi  yang failnya orang ketiga laki-laki tunggal
Contoh خَلَق السَّمَواتَ اللّٰہُ        (Allah menciptakan langit)
Dhomir yang tersimpanھُوَ
d.      Fiil madhi  yang failnya orang ketiga perempuan tunggal.
Contohفَاطِمَةنَجَحَتْ               (fatimah sukses)
Dhomir yang tersimpan ھِيَ
Contoh  (fa’il isim yng mudhmar) adalah seperti perkataan :
ضَرَبْتُ         =          aku telah memukul
ضَرَبْنَا          =          kami atau  kita telah memukul
ضَرَبْتَ         =          kamu (laki-laki)  telah memukul
ضَرَبْتِ         =          kamu (perempuan)  telah memukul
ضَرَبْتُمَا        =          kamu berdua (laki-laki atu perempuan)  telah memukul
ضَرَبْتُمْ         =          kalian (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْتُنّْ         =          kalian (perempuan) telah memukul
ضَرَب          =          dia (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَتْ         =          dia (perempuan) telah memukul
ضَرَباَ           =          mereka berdua (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَ          =          mereka berdua (perempuan) telah memukul
ضَرَبُوا         =          mereka (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْنَ          =          mereka (perempuan)  telah memukul
Adapun meng-i’rab-nya adalah sebagai berikut :
1.      ضَرَبْ،ضَرَبْتُ           Fi’il madhi, تُdhamir mutakallim wahdah (menjadi fa’ilnya, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah)
2.      ضَرَب،ضَرَبْنَ                        Fi’il madhi, نَا dhamir mutakallim ma’al ghair atau mu’azhim nafsah, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni sukun
3.                ضَرَب،ضَرَبْتFi’il madhi, تَ dhamir mukhathab mudzakkar  (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni fathah
4.      ضَرَب، ضَرَبْتِ Fi’il madhi,تِ dhamir muannats  (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni kasrah
5.      ضَرَب،ضَرَبْتُمَاFi’il madhi,تُمَا dhamir  tatsniyah  (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, sedangkan huruf mim-nya adalah huruf ‘imad dan alif-nya alif tatsniyah.
6.      ضَرَب،ضَرَبْتُمFi’il madhi,تُمْ dhamir mukhathab jamak mudzakkar  (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah sedangkan huruf mim-nya adalah tanda jamak.
7.      ضَرَب، ضَرَبْتُنّْ Fi’il madhi,تُنَّ dhamir mukhathab jamak muannats  (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, huruf  nun-nya adalah tanda jamak muannats.
8.      ضَرَب          Fi’il madhi sedangkan fa’il-nya adalah dhamir mustatir, dan taqdiryaھُوَ 
9.      ضَرَبَتْ         Fi’il madhi, failnya dhamir mustatir, taqdirnya ھِىَ ditambah ta
10.  ضَرَبا           Fi’il madhi, failnya alif, dirafakan, tanda rafa’-nya mabni sukun
11.  ضَرَبَتا          Fi’il madhi yang ber-ta ta-nits, fa’il-nya alif, tanda rafa’-nya mabni sukun
12.  ضَرَبُوا         Fi’il madhi, fa’il-nya wawu dhamir, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni sukun, sedangkan alif-nya adalah alif mutlak jamak.
13.  ضَرَبْن          Fi’il madhi, fa’ilnya nun, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni fathah.
B.        NAIB FAIL
                         Isim yang  dibaca rofa’ yang kedua adalah naib fail. Naib Fail adalah isim marfu’ yang jatuh setelah fiil mabni majhul. Fiil mabni majhul adalah fiil yang pelakunya tidak ketahui (disebutkan).
Contoh : فُتِحَااڶبَابُ (pintu itu dibuka). Dalam contoh ini orang yang membuka pinti tidak diketahui (disebutkan).
Cara membentuk fiil mabni majhul adalah ;
a.                        Jika berupa fiil madhi maka didhomahkan semua huruf yang berharokat dan dikasrohkan huruf sebelum akhir. Contoh نَصَرَ : menjadi نُصِرُ , تَعَلَّمَ menjadi تُعُلَّمَ , اِسْتَغْفَرَ menjadi اُسْتُغْفِرَ
b.                       Jika berupa fiil mudhari  maka didhomahkan awalya daan difathahkan sebelum akhir.  Contoh : يَتَعَلَّمُ , يُخْرِجُ , يَنْصَرُ menjadi يُتَعَلَّمُ , يُخْرِجُ , يُنْصُر
Perhatikan contoh-contoh berikut!
 فُتِحَااڶبَابُ                                                   يُفْتَحُاڶبَابُ      
المَوْزُ                    يُوْكَلُ                اُكِلَ المَوْزُ 
Kalimat-kalimat yang bergaris bawah itu kedudukannya sebagai naib fail, karena jatuh setelah fiil mabni majhul. Ketentuan dalam naib fail sama dengan ketentuan dalam fail. Naib fail ada dua : isim zhohir (seperti contoh-contoh tersebut) dan isim dhomir (sama dalam bab fail). Contoh : اُكْرِمْنَابِالاِسْلَامِ (kami dimuliakan dengan islam).
Naibul fa’il ialah isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Apabila fi’ilnya fi’il madhi, maka dhammmah-kanlah huruf awalnya dan huruf sebelum akhirnya di-kasrah-kan, dan apabila fi’ilnya fiil mudhri maka dhammahkanlah huruf awalnya dan huruf sebelum akhirya di-fathah-kan.
Maksudnya : Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya dinamakan mabni majhul atau naibul fa’il, yaitu isim yang asalnya menjadi maf’ul lalu failnya dibuang dan maf’ul-nya menggantikan kedudukan fa’il, i’rab-nya di rafa’-kan dan diletakkan sesudah fi’il, seperti:
قُرِٲَالقُرْآنُAsalnyaالقُرْآن قَرَٲْتُ. Lafazh تُ dibuang, lalu lafazh القُرْآن menempati tempat fa’il (lafazh تُ  ) sebagai pengganti lafazh تُ  yang dibuang dan lafazh القُرْآن diubah harakatnya menjadi القُرْآن
Huruf pertama fi’il yang fa’ilnya tidak disebutkan harus di dhammahkan , sedangkan huruf  yang sebelum huruf terakhir harus di-kasrahkan.
Pembagian Ma’ful yang failnya tidak disebutkan
Ma’ful yang failnya tidak disebutkan terbagi atas dua bagian, yaitu bagian yang dzahir dan bagian yang mudhmar(dhamir). Bagian yang zhahir itu seperti perkataan:زَيْدٌ ضُرِب  (zaid telah dipukul)
Adapun meng-i’rob-nya adalah : ضُرِبَ fi’il madhi mabni lil majhul atau mabni ma’ful, زَيْد naibul fa’il.
يُضْرَبُ  Fi’il mudhari’ mabni lil majhul, dan زَيْدnaibul fa’il.
Sedangkan isim mudhmar adalah, seperti perkataan (berikut)
ضَرَبْتُ         =          aku telah memukul
ضَرَبْنَا          =          kami atau  kita telah memukul
ضَرَبْتَ         =          kamu (laki-laki)  telah memukul
ضَرَبْتِ         =          kamu (perempuan)  telah memukul
ضَرَبْتُمَا        =          kamu berdua (laki-laki atu perempuan)  telah memukul
ضَرَبْتُمْ         =          kalian (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْتُنّْ         =          kalian (perempuan) telah memukul
ضَرَب          =          dia (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَتْ         =          dia (perempuan) telah memukul
ضَرَباَ           =          mereka berdua (laki-laki) telah memukul
ضَرَبَ          =          mereka berdua (perempuan) telah memukul
ضَرَبُوا         =          mereka (laki-laki) telah memukul
ضَرَبْنَ          =          mereka (perempuan)  telah memukul
Adapun meng-i’robnya adalah : ضَرَبْتُ (aku telah dipukul). Lafazh ضَرِبْ fi’il madhi mabni lil maf’ul, تُ dhamir mutakallim menjadi naibul fa’il yang di-rafa’-kan, tanda rafa’nya dengan mabni dhammah.
Naibul fa’il itu adakalany mudhmar (disembunyikan) dan adakalanya muzh-har (ditampakkan). Yang keduaya (muzh-har) seperti: المُبَشِّرُ يُقْرَمْ (pembawa kabar gembira itu dimuliakan)
Adapun yang dhamir, maka hal itu seperti perkataan: دُعِيْتُ (aku telah dipanggil), دُعِى (dia panggil)
C.  JUMLAH FI’LIYAH
      Jumlah fi’liyah merupakan kalimat yang didahulukan kata kerja atau fi’il. Dalam hal ini fiil menggunakan fi’il mudhari.
Contoh:
Pergi zaid kerumah   يَذْھَبُ زَيْدٌالبَيْتِ
Tetapi seharusnya kalimat tersebut diartikan menjdi zaid pergi kerumah, karena di dalam penulisan jumlah fi’liyah didahului dengan kata krja yaitu dalam kalimt diatas adalah يَذْھَبُ
Menghafal aisyah alqur’an عَاءشَةَالقُرْاؐن يَحْفُظُ
Tetapi seharusnya kalimat tersebut diartikan menjdi aisyah menghafal al qur’an, karena di dalam penulisan jumlah fi’liyah didahului dengan kata krja yaitu dalam kalimt diatas adalah يَحْفُظ
BAB III
PENUTUP
Fail merupakan isim marfu’ (yang dibaca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan, kedudukannya terletak setelah fi’il/syibhul fi’il.
Fail dibagi dua :
1.      Fa’il isim zhohir.
2.      Fa’il isim dhomir/ mudhmar
Dibagi dua :
a.       Dhamir baris
b.      Dhamir mustatir
Dhamir ini dibagi dua :
-          Wajib disimpan
-          Boleh disimpan
Naib Fail merupakan isim yang dibaca rofa’ yang kedua.
Jumlah Fi’ilyah merupakan klimat yang didahulukan kata kerja atau fi’il.
REFERENSI
Anwar, Moch. 2009. ILMU NAHWU.Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Ma’arif, Syamsul. 2008. NAHWU KILAT, Perpaduan Antara Teori dan Praktek Ringkas dan jelas.Bandung:Nuansa Aulia.